Jumat, 10 Oktober 2008

Berlian itu yg bernama Hati dan Amal

Tiga orang yang terkena penyakit itu pun didatangi oleh seorang malaikat. Malaikat tersebut bertanya pada orang pertama "Apakah kamu menginginkan sesuatu?". Orang tersebut menjawab, "Aku menginginkan kesembuhan dari penyakit kustaku ini, aku ingin memiliki kulit yang bagus dan indah" jawabnya. Lalu malaikat tersebut mengusap tubuhnya, maka penyakitnya pun sembuh dan ia diberi kulit yang sehat dan warna yang indah. Malaikat bertanya lagi: "Harta apa yang paling kamu senangi?" Orang itu menjawab, "Unta". Lalu ia diberi unta yang hampir melahirkan lalu malaikat berkata: "Semoga Allah memberkahinya untukmu".

Kemudian malaikat tersebut mendatangi orang kedua dan bertanya: "Apa sesuatu yang paling kamu sukai?" Orang itu menjawab: "Aku ingin penyakitku sembuh. Aku ingin memiliki rambut yang indah". Lalu malaikat mengusapnya, maka penyakitnya pun sembuh dan ia diberi rambut yang indah. Malaikat bertanya lagi: "Harta apa yang paling kamu senangi?" ia menjawab: "Sapi". Maka ia diberi sapi bunting, "Semoga Allah memberkahinya untukmu" kata malaikat kepadanya.

Kemudian malaikat mendatangi seseorang yang buta, lalu bertanya: "Apa kamu menyukai sesuatu?" Ia menjawab: "Aku ingin Allah mengembalikan penglihatanku, sehingga aku dapat melihat manusia". Maka malaikat mengusapnya, sehingga penglihatannya kembali normal. Malaikat itu bertanya lagi: "Harta apa yang paling kamu sukai?" Ia menjawab: "Kambing". Maka ia diberi kambing yang siap beranak.

Masa berlalu, hari pun berganti, semua binatang ternak yang telah diberikan kepada mereka berkembang-biak dan beranak-pinak.

Suatu hari sang malaikat kembali mendatangi orang yang dahulu berpenyakit kusta dalam bentuk seseorang yang terkena penyakit kusta lalu berkata: "Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal dalam perjalananku, tak ada lagi yang bisa saya harapkan kecuali Allah dan Anda. Demi Tuhan yang telah memberimu karunia berupa kulit yang indah, warna yang bagus, serta harta benda, aku minta seekor unta untuk membantuku dalam perjalanan". Orang itu menjawab: "Masih banyak sekali kewajiban yang harus kubayar". Maka malaikat itu berkata kepadanya: "Sepertinya saya mengenal Anda, bukankah Anda yang dahulu berpenyakit kusta sehingga manusia merasa jijik terhadap Anda, serta yang dahulu fakir lalu diberi harta oleh Allah?" Orang itu berkata: "Hartaku ini adalah warisan orang tuaku". Malaikat berkata: "Kalau kamu berdusta, semoga Allah menjadikan kamu seperti dahulu lagi".

Setelah itu malaikat tadi mendatangi orang yang dahulu botak dalam bentuknya seperti dahulu lalu berkata kepadanya seperti apa yang dikatakannya kepada orang yang pertama, dan orang itu pun memberikan jawaban sama dengan orang yang pertama. Maka malaikat berkata: "Jika kamu berdusta, semoga Allah menjadikan kamu seperti dahulu lagi".

Kemudian malaikat mendatangi orang yang dahulu buta dalam bentuk seorang yang buta lalu berkata: "Saya adalah orang miskin yang mengembara dan kehabisan bekal dalam perjalananku, tak ada yang bisa saya harapkan kepada Allah dan Anda. Demi Tuhan yang telah memulihkan penglihatanmu, aku minta seekor kambing untuk membantuku dalam perjalanan". Orang itu berkata: "Dahulu aku buta sepertimu, lalu Allah memulihkan penglihatanku, maka ambillah seberapa banyak yang kamu butuhkan. Demi Allah, aku tidak akan membebanimu untuk mengembalikan sesuatu yang telah kamu ambil untuk Allah". Maka malaikat berkata: "Ambillah hartamu itu semua, karena kalian sebenarnya hanya sekedar diuji, kamu telah diridhai Tuhan, sedangkan kedua sahabatmu telah dimurkai Allah". HR. Bukhari.

Di dunia ini setiap orang boleh jadi berangan-angan setinggi langit dan membangun mimpi di alam khayalan sekuat daya imajinasinya, angan-angan memiliki harta yang melimpah, istri yang cantik, tubuh yang ideal, wajah yang tampan, kulit yang bersih, rambut yang indah dan sejuta impian lainnya. Namun pernahkah seseorang menyadari bahwa ketika Allah menetapkan bagi setiap hamba-Nya bagiannya masing-masing sesuai dengan porsinya, Allah menyimpan jutaan hikmah yang tersembunyi. Siapakah yang dapat menjamin bahwa ketika seseorang diberikan karunia harta yang melimpah ia masih mau mengeluarkan zakat dan infak. Siapakah yang tahu bahwa ketika ia dikaruniakan keindahan jasad ia bisa terlepas dari sifat sombong. Siapa yang menjamin ketika dihadiahkan kepadanya istri yang cantik ataupun kenikmatan materi lainnya ia masih bisa bersyukur dan tidak lupa diri. Oleh karena itu Rasulullah saw memperingatkan umatnya, "Lihatlah mereka yang keadaannya di bawah kalian, dan jangan kalian lihat mereka yang keadaannya di atas kalian, karena hal itu hanya akan membuatmu tidak bersyukur atas nikmat Allah". Sebuah nasehat yang singkat, padat, namun penuh makna. Memang, mendongakkan kepala ke atas hanya akan menambah sakit di leher. Bermimpi dan berangan-angan tidak akan merubah ketentuan Allah. Rasulullah juga mengajarkan agar kita tidak tertipu oleh keindahan fisik ataupun kekayaan materi. Andaikan yang dinilai oleh Allah adalah keindahan fisik setiap manusia, tentu orang yang paling merugi di akhirat adalah orang-orang yang cacat atau tidak memiliki fisik yang sempurna. Andaikan yang menjadi ukuran keberuntungan manusia adalah terletak pada harta tentu orang paling merugi di dunia dan akhirat adalah orang miskin. Padahal tak ada seorang pun yang menginginkan dirinya terlahir dalam keadaan tidak sempurna. Sekedar meminjam istilah Aa Gym, bahwa setiap orang terlahir ke dunia adalah tanpa pesanan. Andaikan setiap orang dapat memesan tentu ia akan memesan fisik yang sempurna seperti nabi Yusuf, atau memesan kekayaan sebanyak yang dimiliki oleh Qarun, atau kerajaan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman. Namun Allah lebih tahu maslahat bagi setiap hamba-Nya.

Sesuatu yang dinilai oleh Allah bukanlah sesuatu yang sudah ditetapkan dari "sana" yang sifatnya permanen atau konstanta. Akan tetapi yang menjadi ukuran di sisi Allah adalah sesuatu yang bersifat universal yang dapat dicapai oleh setiap orang. Ya, memang sebuah ukuran yang standar harus bersifat universal dan dapat dicapai oleh setiap orang. Seburuk apapun fisik seseorang, ia masih memiliki hati, semiskin apapun seseorang, ia masih diberikan kesempatan untuk beramal. Hati dan amal, itulah yang menjadi standar keberuntungan atau kerugian seseorang. "Allah tidak melihat fisik dan wajah kalian, akan tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian".

Maha suci Allah. Allah adalah Maha Adil. Dia tak pernah menzalimi hamba-Nya sedikitpun. Sekecil apapun perbuatan yang dilakukan oleh hamba-Nya, Dia sudah menjanjikan balasannya. Baik itu berupa kebaikan maupun keburukan semuanya sudah ada tempat kembalinya.

Dunia sudah dibagi. Ketentuan materi telah terhenti. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering. Tak ada lagi yang bisa menjadi harapan kecuali sesuatu yang sifatnya dapat diperbarui. Setiap orang diberi kesempatan dan pilihan yang sama, antara menjadi orang beriman atau tidak, antara orang bersyukur atau kufur, antara taat atau maksiat, antara orang memilih jalan petunjuk atau mengikuti hawa nafsu. Semuanya sudah tersedia sekaligus tempat kembali dan balasannya. Tak ada paksaan dalam memilih semua itu.

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir."
"Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya".

Di dunia ini tak ada yang kekal selamanya. Semua yang bernyawa akan mati. Semua yang muda akan tua. Setiap yang kuat akan menjadi lemah. Setiap yang memiliki keindahan tubuh akan rusak, yang cantik akan pudar kecantikannya seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, yang tampan dan gagah perkasa akan menjadi renta tak berdaya di waktu tua. Kita semua hanya menunggu giliran menjadi santapan cacing-cacing kuburan. Tak ada yang dapat menyelamatkan kita setelah nyawa terlepas dari tubuh melainkan dua hal: hati dan amalan. Di dunia hanya mampir, sedangkan kampung akhirat itulah kehidupan sesungguhnya. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi di akhirat. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar